Sabtu, 25 Agustus 2007

Gemuk Tapi Sehat, Mungkinkah?

Oleh : Ade Rai - Health Ambassador & Fitness Motivator


Banyak acuan yang diajukan oleh berbagai pakar kesehatan, seperti acuan Indeks Massa Tubuh, Rasio Lingkar Perut dan Pinggul, maupun Berat Badan Ideal. Semuanya sah-sah saja. Akan tetapi, menurut pandangan dan pengalaman yang ada, Kadar Lemak adalah indikator yang paling tepat untuk menentukan gemuk tidaknya seseorang.


Menurut statistik 80% orang yang masuk dalam kategori berat badan ideal masih memiliki kadar lemak tubuh di atas normal, yang berarti 80% orang yang memiliki berat badan ideal ternyata masih masuk dalam kategori orang yang gemuk. Yang berarti, 80% orang yang memiliki berat badan ideal masih tidak terlepas dari risiko tinggi mengidap penyakit seperti: serangan jantung, kanker, diabetes, dan stroke.


Lalu kalau sudah dalam keadaan seperti ini, masih mungkinkah seorang yang kelebihan berat badan untuk hidup sehat? Ya, mungkin dalam keadaan sehari-hari, tubuh yang gemuk bisa sehat-sehat saja. Tetapi tidak dapat dipungkiri,tubuh yang gemuk adalah tubuh yang mudah lelah, cepat sesak nafas, mudah kehilangan konsentrasi, dan tak tertutup kemungkinan lemak dan kolesterol juga telah banyak menumpuk dan membebani kerja organ penting dalam tubuh seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, pankreas, dan hati.


Dalam suatu penelitian, seorang wanita gemuk yang malas berolahraga, banyak konsumsi softdrink, banyak tidur, dan sering mengkonsumsi fast-foods memiliki tubuh yang rata-rata 14 tahun lebih tua dari usia kalendernya.


Dengan fakta dan konsiderasi di atas, masih mungkinkah orang yang gemuk untuk memiliki tubuh yang sehat? Dan pertanyaan yang lebih penting lagi, bagi mereka yang menyadarinya, sampai kapankah akan menjalani gaya hidup seperti itu?


"The quality of your character is determined by the height of adversities you have conquered."
(Kualitas dari karakter Anda ditentukan oleh tingginya halangan yang telah Anda taklukkan)

Gemuk tetapi Tampak Langsing

Asal Kenal Trik Berbusana

DALAM majalah-majalah wanita atau buku-buku mode, model busana yang ditampilkan selama ini lebih banyak ditujukan untuk wanita yang bertubuh langsing dan ramping. Bagaimana dengan Anda yang memiliki tubuh cenderung gemuk atau telanjur gemuk?

Memiliki tubuh yang cenderung gemuk memang agak sulit dalam memilih busana yang cocok. Namun bukan berarti bahwa mereka yang bertubuh cenderung gemuk tidak dapat tampil gaya dan modis. Juga bukan berarti mereka yang mempu- nyai tubuh cenderung gemuk hanya bisa memakai satu atau dua model busana.

“Wanita yang bertubuh cenderung gemuk dapat tampil gaya dan tampak langsing dengan berbagai model busana trendy asal tahu trik-triknya," ujar Yoyonk Genji ketika ditemui Bernas di Mirota Batik, Jalan A Yani, Kamis (30/4).

Sama dengan mereka yang bertubuh langsing, menurut Yoyonk, wanita yang cenderung gemuk tidak perlu takut memilih warna busana. "Warna gelap dapat memberikan kesan merampingkan, seperti hitam, merah marun, ungu anggur, hijau polo, hijau daun, atau biru tua," jelas pengajar di sekolah desain mode Trends itu.

Tidak hanya warna gelap yang bisa dipakai wanita yang cenderung bertubuh gemuk. Warna terang pun bisa- dengan catatan warna terang tersebut hanya sebagai detil atau sebagai kombinasi, bukan warna yang dominan. Untuk ke- sempatan siang hari warna pastel juga bisa menjadi pilihan.

Demikian pula dalam memilih busana yang bercorak. Kalau ingin memilih motif bunga jangan terlalu besar atau terlalu kecil, demikian pula untuk motif bola-bola (polkadot). "Ukuran yang paling pas adalah sebesar kelereng dengan warna senada," tutur Yoyonk.

Motif lain yang boleh dipilih adalah motif garis-garis memanjang (vertikal). Hindari corak garis yang besar dan melintang (horisontal). Motif kotak-kotak sebaiknya dihindari. Tetapi kalau ingin memakai bisa dipilih motif seperti wajik atau berbentuk segitiga kecil.

Untuk jenis bahan, Yoyonk menganjurkan katun untuk kesempatan sehari- hari, karena katun menyerap keringat. Kalau untuk pesta bisa dipilih bahan yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Bahan yang terlalu tipis, seperti organdi dan chiffon sebaiknya dihindari karena hanya akan memper- lihatkan lekuk dan bayangan tubuh yang tidak diinginkan. Untuk pesta sebaiknya dipilih bahan dari jenis tissu dan viscose.

"Organdi dan chiffon saat ini memang sedang ngetrend. Kalau Anda ingin mencoba memakai bahan tersebut sebaiknya divuring," jelas Yoyonk lagi.

MEMILIH ROK
Rok yang paling sesuai untuk wanita yang memiliki tubuh cenderung gemuk adalah bentuk span, atau lurus dengan garis pinggul masuk sekitar 1-2 cm. Kalau ingin memilih model rok pias sebaiknya sesudah pinggul baru dibuat melebar.

Untuk memberi kesan ramping rok model A-line dengan panjang sedikit di bawah lutut- tidak mini, juga dapat menjadi pilihan. Kalau ingin rok model prisket, sebaiknya prisket dibuat potong pinggul atau turun 20 cm baru dibuat prisket.

Rok yang memakai variasi seperti gesper, kancing atau renda sebaiknya dihindari. Demikian pula dengan rok model kerut sebaiknya dihindari, karena akan memberi kesan lebih gemuk.

BLUS
Sementara itu untuk blus, kata Yoyonk, proporsinya harus sesuai dengan rok, dan diusahakan pas garis pinggul, jangan lebih dan jangan kurang. Misal- nya, untuk rok selutut blusnya harus pas garis pinggul. Blus yang mengikuti bentuk tubuh tetapi tidak ketat, misalnya blus gaya Chanel yang dipakai di luar rok dan panjangnya melebihi pinggul, merupakan pasangan yang paling tepat untuk rok model lurus.

Untuk leher blus, sebaiknya dipilih potongan leher bentuk V dengan berbagai variasinya, berkerah jas atau potongan leher bentuk segi lima yang meruncing ke arah bawah. Kalau ingin memakai kerah sebaiknya dipilih potongan kerah kecil yang memanjang. Potongan leher bentuk bulat juga bisa dipilih, tetapi harus agak turun, dan mengarah ke huruf U.

Hindari blus yang mempunyai model 'ramai' pada kerah atau dada, seperti blus model ruffles, kelasi atau yang berpayet.

Untuk lengan blus yang pendek sebaiknya tidak memakai model cuve (lipatan) ke atas dengan bahan yang berbeda. Sebaiknya pilih potongan lengan pendek yang sebahan dan bentuknya meruncing.

Kalau memilih lengan panjang sebaiknya diusahakan seperti lengan kebaya atau jas. Jangan melebar seperti lonceng karena akan kelihatan lebih lebar. Untuk saku, sebaiknya pilih saku dalam atau saku tempel, dan jangan memakai penutup.

Guna memadankan rok dan blus jangan memilih warna-warna kontras, karena garis pinggul akan menjadi lebih lebar. Usahakan rok dan blus berwarna senada. Kalau salah satunya bermotif, pilih warna yang senada dengan warna dasar.

Blus tanpa lengan ataupun lengan setali sebaiknya dihindari karena dengan model busana seperti itu perhatian orang akan tertuju pada lengan. Blus rajut yang pas badan juga jangan dipilih karena akan lebih menonjolkan bentuk badan. Sebaiknya pilih blus model knit yang agak longgar.

CELANA PANJANG
Celana panjang yang paling cocok untuk wanita yang bertubuh cenderung gemuk adalah model semi baggy. Celana panjang model pallazo sebaiknya dihindari karena akan kelihatan menggemukkan. Kalau ingin memakai lagging sebaiknya blus yang dipakai model tunik, sehingga menutupi bagian pinggul dan paha.

BUSANA LAIN
Kalau Anda ingin memakai sackdress yang memberi kesan merampingkan sebaiknya jangan yang terlalu lebar atau terlalu ketat, tetap memakai kupnat, dengan panjang selutut.

"Untuk wanita yang bertubuh tinggi gemuk bisa memakai model midi, tetapi bagi wanita yang bertubuh pendek gemuk sebaiknya panjang sackdress selutut," kata Yoyonk.

Kalau ingin memakai blazer sebaiknya pilih bahan yang lembut dan 'jatuh' dengan bahan yang tidak terlalu tebal. Blazer ini cocok jika dipadukan dengan rok bentuk lurus.

"Penampilan Anda bisa dilengkapi dengan vest atau rompi yang panjangnya menutupi perut atau sepinggul dari bahan yang agak kaku," lanjutnya.

Kalau memakai busana three pieces sebaiknya gunakan paling banyak dua warna, rok dan blazer harus sama. Karena kalau terlalu banyak warna akan memotong bentuk tubuh sehingga semakin tampak gemuk.

Pada bagian lain Yoyonk mengatakan, kalau busana yang dipilih memakai hiasan bordir atau bisban, sebaiknya dipilih bentuk yang vertikal, jangan horizontal. Karena orang gemuk biasanya memiliki dada dan perut yang besar, maka peletakkannya harus dialihkan ke leher atau lengan. Untuk kebaya, yang paling aman adalah kebaya yang dimodifikasi.

Meskipun saat ini scraf dengan motif yang unik sedang nge-trend, Yoyonk menganjurkan agar wanita yang bertubuh cenderung gemuk tidak memakainya, karena kelihatan akan semakin "sesak". Justru selendang atau stola boleh dipakai untuk melengkapi penampilan.

ASESORIS
Untuk aksesori hindari bentuk bulat-bulat dengan ukuran besar. Sebaiknya pilih asesoris yang bentuknya memanjang atau empat persegi panjang. Demikian pula untuk leontin, jangan dipilih yang bentuknya mendatar. Untuk sepatu pilih hiasan yang bentuknya memanjang, dengan tinggi hak 5-7 cm. Sepatu dengan hak model sol atau tebal sebaiknya dihindari karena akan memberikan kesan memberatkan.

Setelah mengetahui trik-trik berbusana bagi wanita gemuk, dengan memakai busana yang tepat, yakinlah bahwa Anda dapat tampil lebih baik dan berkesan langsing. (rin)

Jumat, 24 Agustus 2007

Tips Mendapatkan Anak

Ada banyak pasangan yang menginginkan anak pertamanya laki-laki ada juga yang menginginkan perempuan, ada juga yang pasrah laki-laki atau perempuan sama saja. Kita hanya bisa berusaha, tapi semuanya Allah yang menentukan.


Menurut penelitian ilmiah oleh para ahli genetika, kondisi asam dan basah di mulut rahim mempengaruhi apakah cenderung memiliki anak laki-laki atau perempuan, tidak ada salahnya kita berusaha bukan?


ANAK LAKI-LAKI

1. Posisi melakukan hubungan intim, Posisi tubuh harus diatur sedemikian rupa agar sperma suami bisa mencapai sedekat mungkin dengan mulut rahim yang terbuka. Untuk itu diperlukan penetrasi penis yang cukup dalam. Dengan posisi tubuh miring diharapkan mempermudah apa yang diharapkan.


2. Suatu penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah sel sperma yg membuahi sel telur, maka kemungkinan memperoleh untuk memperoleh anak laki-laki juga semakin meningkat. Salah satu cara adalah melakukan “puasa” dan melaksanakan saat ovulasi terjadi, dengan cara mengukur suhu tubuh istri, memperhatikan lendir cervix, atau melalui perhitungan 14 plus minus satu hari dari menstruasi berikutnya.


3. Lingkungan yang hangat akan membunuh sel sperma, hindari pakaian dalam yang terlalu ketat, hindari mandi sauna sebelum bersetubuh.


4. Suasana mulut rahim yang basa adalah lingkungan yang paling sesuai, saat wanita orgasme lingkungan basah ini otomatis terjadi.


5. Minum 1-2 cangkir kopi sebelum melakukan persetubuhan disinyalir bisa membuat sel sperma lebih garang dalam membuahi sel telur.


ANAK PEREMPUAN

1. Diperlukan lingkungan yang asam untuk proses ini, sehingga penetrasi penis tidak boleh terlalu dalam sebab lendir cervix bersifat lebih basa.


2. Hubungan dilakukan kira 3 hari sebelum ovulasi terjadi. Hal ini bertujuan agar seluruh sperma Y mati, sedangkan sperma X hidup dan membuahi sel telur.


3. Diet tinggi kalsium dan magnesium juga dapat memperbesar kemungkinan tumbuhnya janin perempuan dalam rahim. Cara lain secara medis adalah microsorting yaitu mensortir sperma X dan Y yang dikehendaki, cara yang lain lagi adalah dengan skrining embrio.

Minggu, 19 Agustus 2007

Ciptakan Sensualitas dengan Bibir

Bila sensasi seks antara anda berdua sudah tidak bergairah lagi, mungkin anda bisa mencoba ciuman ringan secepat kilat dengan menggunakan ujung lidah. Saat pasangan anda mulai merasa penasaran cobalah anda beri ciuman panjang yang membuatnya mabuk kepayang. Belailah seluruh tubuhnya dengan menggunakan lidah anda mulai dari punggung atau gunung kembar pasangan anda.


Stimulasi cinta secara bergantian dengan menggunakan bibir akan menambah sensualitas kegiatan ranjang anda. Lakukan sensasi lainnya yaitu membuka baju yang dikenakannya dengan menggunakan gigi anda. Mungkin anda belum pernah melakukan hal ini tetapi tidak ada salahnya jika anda mempraktekkannya. Memang melakukan ini bukan hal yang mudah tapi tidak ada salahnya jika anda mencobanya.

Lakukan foreplay dengan menghisap jari tangannya saat pasangan anda sibuk untuk mengeksplorasi area 'Mr.Happy'. Setelah pasangan

anda selesai, berilah ciuman lalu hisap serta gigitlah secara perlahan dan manja pada bagian 'Mr.Happy'nya. Anda bisa mencoba menggunakan lidah dan bibir untuk mengeksplora

si 'Mr.Happy'nya. Have some fun and enjoy the party...p2t

Posisi Lateral

Dari keempat posisi seks yang utama, salah satunya adalah posisi seksual menyamping atau posisi lateral. Nama lain dari posisi ini adalah cohabitatio lateralis, spooning, dan side to side. Posisi ini bisa dilakukan dengan kedua atau salah satu pasangan yang memposisikan diri menyamping.


Keuntungan dari posisi ini adalah, posisi ini membutuhkan tenaga yang lebih sedikit dan dapat memperpanjang waktu hubungan seksual. Posisi ini sangatlah dianjurkan untuk dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu seperti kelelahan, kehamilan, kegemukan atau ada disproporsi tubuh.

Variasi dari posisi ini antara lain misalnya. Latertal Averted, Poterolateral dan Recumbent Rear Entry yang juga termasuk posisi seksual menyamping, namun posisi si perempuan membelakangi pasangannya. Variasi ini membutuhkan tenaga lebih sedikit. Disamping itu juga berguna bagi perempuan yang merasa sakit pada saat berhubungan seksual jika dilakukan dengan posisi lain. Ini disebabkan karena biasanya ada gangguan tertentu pada saluran kencing si perempuan. (yz)

Basic Position

Nama lain dari posisi seksual dasar atau basic position ini antara lain, face to face recumbent, missionary position, frontal recumbent, anterior position, dan masih banyak lagi. Posisi ini umumnya disukai dan banyak dipakai oleh banyak pasangan dengan hasil yang cukup memuaskan.


Posisi ini memberikan keakraban emosional dan spritual bagi kedua orang pasangan dibandingkan posisi-posisi lainnya. Bagi mereka yang melakukan hubungan seksual dengan tujuan memperoleh keturunan, posisi ini adalah yang paling disarankan karena persentase keberhasilannya paling tinggi. Posisi ini dilakukan dengan kedua pasangan saling berhadapan. Beberapa variasi dari posisi ini, antara lain:


Hyperflexion
Posisi kedua pasangan sama yaitu saling berhadapan tapi lutut perempuan ditekuk dan ditempelkan ke perut dan dadanya. Variasi ini akan menyebabkan penetrasi menjadi lebih dalam sehingga variasi ini dianjurkan bagi lelaki dengan penis yang relatif pendek, vagina yang relatif panjang, dan lubrikasi vagina yang kurang. Posisi ini juga memperbesar kemungkinan terjadinya inseminasi, jadi bagi mereka yang ingin segera memiliki anak, posisi ini dianjurkan. Tapi variasi ini mempunyai kontraindikasi yaitu pada perempuan hamil, perempuan dengan serviks yang sensitif, radang pada organ ekstra (adneksitis), dan turun peranakan (prolapsus uterus).


Moderate Extension (Arching)
Posisi kedua pasangan berhadapan tapi di bawah pantat perempuan diletakkan bantal. Variasi ini menyebabkan penetrasi tidak terlalu dalam dan klitoris mendapatkan rangsangan lebih banyak. Posisi ini dianjurkan bagi perempuan yang kesulitan mengalami orgasme, perempuan hamil, perempuan dengan serviks yang sensitif serta lelaki yang ereksinya kurang baik karena kelelahan atau usia tua. (yz)

Fear of Fat

Extra! July/August 1997


Fear of Fat
Why Images of Overweight Women Are Taboo


By Laura Fraser


Fat has been a matter of huge media interest lately, if you’ll pardon the pun. As a nation, we’re wrestling with the fact that we’re getting fatter and fatter all the time—on average, we’ve gained eight pounds apiece in the past decade—and we don’t know what,if anything, can be done about it. The news about fat is confusing: On the one hand, some obesity experts say that even being a little chubby puts us at a greatly increased health risk; on the other, psychologists and exercise physiologists tell us that dieting can be damaging, exercise is what counts, and that weight obsession is a fate far worse than love handles. One headline in Self shouts that 15 extra pounds can kill you; another in Newsweek (4/21/97) questions, "Does it matter what you weigh?"


As the media try, on the surface, to sort through the weight debate, what’s being communicated underneath, in many cases, is our society’s deeply held moral and aesthetic prejudice against being heavier than a thin ideal. Magazines may write about the fact that you don’t have to be runway thin to be healthy, but they stop short of picturing anyone with a little extra flab. They know what sells.


As a journalist who has written about obesity for many magazines, and as an author whose book on the diet industry, Losing It, made me the Weight Expert of the Week recently, I’ve seen up-close how strong the bias against fat people runs in the media, and how that prejudice confuses the real news about weight.


Magazines are becoming increasingly willing to write about the fact that it’s unreasonable to expect that every woman in the country should be a size six, but it’s much harder to change the images. Newsweek recently did a well-researched cover story on the weight debate that came down on the side that your weight isn’t very important to your health as long as you exercise; but the cover art, designed to sell copies, was of two perfectly chiseled torsos (male or female, pick your fantasy).


In better women’s magazines, the editors—many of them feminists—are committed to giving their readers solid information about the dangers of dieting, weight loss scams and women’s problems with body image. But usually such articles are illustrated with thin models; of the pieces I’ve written, only Working Woman dared to use a photo of a large woman.


I’ve complained to my editors: Most are aware that they aren’t doing their readers any service by showing only photos of prepubescent girls, and are frustrated that real-sized women never make it into the pages. They know that the message of a story that takes a more forgiving and moderate approach to weight gets undermined with a gaunt model. They do battle with the art departments, and they usually lose. One senior-level editor at a national women’s magazine told me that no matter how often she tries to raise the issue, it’s absolutely taboo to run photos of women who aren’t slender and attractive—even if they’re the subject of a profile.


I took my complaint directly to an art director when a story I wrote was illustrated with a "fat" woman who weighed maybe 135 pounds. "Women look at magazines and want to see a fantasy," the art director told me. "They don’t want to look at real women, they want to see the ideal. You can’t use an overweight woman in a beauty shot, because it’s a total turn-off." In a magazine whose reputation rests on its solid journalism, the art didn’t even illustrate the point of the story, which was that you can be really fat and be healthy if you exercise. No one was arguing that someone who’s 135 pounds is unhealthy to begin with.


There’s a certain cognitive dissonance going on here: The art director told me she doesn’t think that magazine photos of flawless and gaunt models have anything to do with why many women who read those magazines find that their sense of imperfection and self-loathing increases with every page they turn. "I absolutely agree that the obsession with thinness in this country is crazy," she told me. "But there’s nothing we can do about it."


Most art directors feel that way, but there’s some evidence that women readers won’t necessarily shriek and drop a magazine if it contains a photo of a model who weighs more than 123 pounds: Glamour has started using large-size models occasionally in fashion spreads, and readers have been delighted. Mode, a new fashion magazine aimed at "real-sized" women—sizes 12, 14, 16—has been flying off the newsstands, chubby covergirls and all, and editors there have been inundated with letters from readers who are excited and relieved to see women their size who look terrific pictured, for practically the first time, in a hip and glossy magazine.


Too Big for TV
On television, for the most part, fat people are as invisible as in fashion magazines. When fat people show up on TV, they aren’t usually serious people, but are either comics (the jolly fat person) or pathetic talkshow creatures whose lives are miserable because they can’t lose weight. They’re circus freaks to remind us that there but for the grace of Jenny Craig go I.


When I’ve helped TV producers put together segments on weight (do any of them do their own research?) and suggested sources, some have immediately asked me about the size of the people I mentioned: "We don’t want to turn off our viewers." (Others have been braver: MTV, which, given its demographics, might be the most afraid of turning off viewers, was more than willing to shoot some smart, sassy and very fat young women.) When aproducer for the Maury Povich show called to ask about appearing on the show, she said she’d heard my photo had been in Newsweek. "You’re not the one with the hot dog, are you?" she asked, describing a photo of a fat woman. I wasn’t. "Oh, my God, that’s good," she said.


I’ve become aware of the irony that one of the reasons media people have been willing to accept me as a spokesperson for fat people is that while I’m chubby enough to credibly know something about the issue, I’m not actually fat. I’m not thin, but because I’m thin enough, and blonde and pretty enough, TV producers are happy to have me talk about problems with the diet industry and weight obsession.


They’ve managed to work up real outrage that someone like me is considered "overweight" by doctors whose studies are financed by diet and pharmaceutical companies, and that I was put on starvation diets and diet pills when I went undercover to some diet doctors. They listen to me when I say it’s better to stop dieting and just exercise and eat healthfully, because I am the picture of health. They nod along when I say that women are far too preoccupied with their weight, and it undermines their sense of strength and self-esteem, because I don’t threaten them. If this is fat, they seem to be saying, then we really shouldn’t discriminate against people who are fat. "But what about people who are obese?" they always ask. That’s a different story.


The media have been taking some steps toward dealing with the issue of weight more positively and realistically. They have to, because more and more of their audience is getting fat. We’re getting beyond obvious fat jokes, dire health warnings and ten-day crash diet plans, and we’re a long way from the "Lose Weight While You’re Pregnant" articles that ran in women’s magazines in the 1950s. (Interestingly, a newspaper that has no photos, the Wall Street Journal, does the best job of any national publication of covering diet doctors, pill mills and weight loss scams.)


It takes a long time, though, before people become more open-minded about a deeply held prejudice, and the media’s first forays into change are almost always tentative and palatable: Light-skinned African-Americans are still more acceptable on TV, for instance. There’s no question that Gloria Steinem became a feminist media leader in part because her good looks didn’t inspire deep fears about nasty-looking lesbians taking over the world. And when Naomi Wolf talked about the ugly politics of beauty, it didn’t hurt that she was gorgeous, either.


I suppose it shouldn’t bother me to realize that media have been willing to listen to me talk about fat because I’m not fat. But it does.


Laura Fraser’s book, Losing It: America’s Obsession with Weight and the Industry that Feeds on It, was recently published by Dutton.


See FAIR's Archives for more on:
Sexism

Sabtu, 18 Agustus 2007

Bagaimana Posisi Berhubungan Agar Cepat Hamil


TANYA:

Dear Ibu-ibu... tolong dong saya sudah menikah selama 6 bulan dan ingin segera punya momongan... mungkin ada resep khusus atau cara agar bisa cepat hamil.

note: saya tidak suka makan taoge atau cambah mentah terima kasih atas informasinya.


JAWAB:

Dear, Ibu.. Saya punya resep yg terbukti sudah berhasil di beberapa teman dan Saudara. Begini, sewaktu Ibu ML (making love/bersetubuh), posisi, maaf ya.. lubang vagina menghadap ke atas. Caranya, pantat Ibu diganjel pakai bantal & kaki diletakkan dibahu suami. Pertahankan gaya seperti itu sampai sperma suami keluar didalamnya.

Sesudahnya, Jangan turunkan kaki Ibu, tapi sandarkanlah di dinding (jangan lepaskan bantal untuk mengganjal pantat tadi). Pertahankan posisi ini selama sekitar 30 menit. Lalu cuci dan basuh vagina seperti biasa (jangan disemprot pakai shower ya..). Insya Allah.. berhasil (kalau memang tidak ada masalah di ibu dan suami ya... Well, good luck.


Atau coba dengan teknik berikut, ibu berdiri, kemudian menungging (membungkuk) seperti orang yang sedang ruku’ waktu sholat. Bedanya, kalau bisa lebih ke bawah lagi membungkuknya. Sehingga saat terjadi enjakulasi, sperma dapat masuk lebih ke dalam. Sementara si suami ibu memasukan kelaminnya dari belakang.


Cara III, anda dapat melakukan dengan terlentang dengan bersandar pada dindi

ng

atau dipan, dengan posisi kepala di bawah dan badan seperti berdiri dengan kaki di atas. Ke

mudian suami dapat memasukan penisnya sambil berdiri. Dengan cara itu, diharapkan akan lebih mudah masuknya sperma ke rahim. Mudah-mudahan dengan cara ini ibu lekas dapat momongan.

Selamat mencoba.