Sabtu, 25 Agustus 2007

Obesitas Bukan Lagi Tanda Kemakmuran ..

OBESITAS DAN adalah istilah untuk menyatakan badan. Obesitas berarti lemak tubuh yang dapat membahayakan kesehatan, sedangkan overweight menggambarkan kelebihan dibandingkan berat badan normal.


KELEBIHAN berat badan dulu sering dikaitkan dengan kemakmuran. Namun, kemudian kelebihan berat badan lebih berkait dengan penampilan, dan akhirnya orang sadar bahwa kondisi ini terkait dengan banyak penyakit. Overweight dan obesitas diketahui dapat memicu beberapa penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dan dislipidemia.


Overweight dan obesitas yang tidak ditangani secara tepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memendeknya usia harapan hidup, serta merugikan dari sisi hilangnya produktivitas pada usia produktif. Overweight dan obesitas juga berhubungan erat dengan beberapa penyakit lain seperti artritis (radang sendi), kesulitan bernapas, berhenti napas saat tidur, nyeri sendi, gangguan menstruasi, serta beberapa gangguan kesuburan.


OVERWEIGHT dan obesitas terjadi karena banyak faktor. Faktor utama adalah ketidak seimbangan asupan energi dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi bila konsumsi makanan berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila metabolisme tubuh dan aktivitas fisik rendah.


Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan dengan gaya hidup cenderung sedentary atau kurang gerak dan pola makan dengan makanan enak yang tinggi kalori dan lemak. Kelebihan asupan energi disimpan dalam jaringan lemak.


Ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita overweight atau obesitas adalah berdasarkan berat badan dan tinggi badan yaitu menggunakan suatu indeks berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter pangkat dua, yang disebut indeks massa tubuh (IMT). Tahun 2000 WHO telah membuat klasifikasi IMT yang dianggap cocok untuk orang Asia.


Dapat juga digunakan ukuran komposisi lemak tubuh. Pengukuran lemak tubuh dapat diukur menggunakan alat berupa skin fold atau body fat analizer. Wanita dikatakan obesitas bila komposisi lemak tubuhnya lebih dari 25 persen berat badan, sedangkan laki-laki disebut obesitas bila komposisi lemak tubuhnya lebih dari 20 persen berat badan.


Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, ada dua jenis penimbunan lemak. Penimbunan lemak di bagian bawah tubuh disebut bentuk ginoid dan penimbunan lemak di bagian perut disebut bentuk android-lebih dikenal obesitas abdominal/obesitas sentral.


Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang erat antara obesitas abdominal dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler yaitu diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemi. Obesitas abdominal dapat ditentukan menggunakan berbagai alat seperti CT scan, MRI, dan DEXA.


Cara pengukuran sederhana untuk mengetahui adanya obesitas abdominal dan telah dibuktikan manfaatnya adalah mengukur lingkar pinggang (waist circumference). Wanita Asia dianggap berisiko mendapat penyakit penyerta bila lingkar pinggang di atas 80 cm dan untuk pria Asia bila di atas 90 cm.


Overweight atau obesitas dapat dimulai pada usia berapa pun. Beberapa periode usia menunjukkan kemungkinan yang besar terhadap terjadinya overweight dan obesitas. Overweight atau obesitas sejak usia belia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa. Karena itu pencegahan overweight dan obesitas pada masa anak amat penting. Pada wanita dewasa, kehamilan dan menopause merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya obesitas.


MASSA lemak tidak hanya tempat penyimpanan cadangan energi, tetapi juga sebagai jaringan dinamis dengan berbagai fungsi. Kelebihan massa lemak juga dikaitkan dengan keadaan resistensi insulin yang berhubungan dengan diabetes melitus. Risiko diabetes melitus akan meningkat secara linear sesuai dengan peningkatan IMT. Overweight akan meningkatkan angka kejadian diabetes melitus 3-4 kali dibandingkan orang dengan IMT normal.


Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada 11.400 wanita menunjukkan bahwa wanita dengan IMT antara 25-26.9 kg/m², berisiko menderita diabetes tipe 2, delapan kali lebih besar dibandingkan wanita dengan IMT $<> 31 kg/m².


Hubungan antara angka kejadian hipertensi dan berat badan meningkat tajam sesuai peningkatan berat badan. Risiko terjadinya hipertensi meningkat 1,6 kali untuk overweight dan menjadi 2,5-3,2 kali untuk obesitas kelas 1 serta menjadi 3,9-5,5 kali untuk obesitas kelas 2 dan 3. Penurunan berat badan juga terbukti menurunkan tekanan darah.


Angka kejadian penyakit arteri koroner menunjukkan hubungan linear bermakna dengan IMT. Obesitas kelas 1-3 menunjukkan risiko relatif umumnya antara 1,5-3 kali dengan risiko tertinggi pada obesitas kelas 3. Stroke (cerebrovascular accident) juga berhubungan dengan obesitas.


Obesitas juga berhubungan dengan peningkatan low density lipoprotein (LDL) kolesterol, peningkatan VLDL dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) kolesterol. Gangguan lipid darah ini cenderung terjadi pada individu dengan obesitas abdominal.


Obesitas tiga kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini disebabkan metabolisme pada wanita lebih rendah apalagi pada pascamenopause. Obesitas dapat menyebabkan gangguan proses reproduksi pada wanita, salah satunya adalah sindroma ovarium polikistik (SOPK).


PENGOBATAN obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan normal. Umumnya, target penurunan berat badan yang dianjurkan pada tahap pertama adalah 10 persen dari berat badan dalam kurun waktu enam bulan. Penurunan berat badan yang dianjurkan 0,5-1 kg setiap minggu. Penurunan berat badan berlebihan tidak dianjurkan karena umumnya tidak akan bertahan lama.


Pengobatan obesitas yang dianjurkan adalah modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku. Pemberian obat hanya dianjurkan pada penderita obesitas berisiko tinggi yaitu pada penderita dengan IMT 25-29,9 atau penderita dengan lingkar pinggang yang lebih dari normal dengan dua atau lebih faktor risiko, dan penderita dengan IMT = 30.


Terapi diet yang dianjurkan adalah diet rendah kalori. Besarnya energi yang diberikan 500-1.000 kalori lebih rendah dibandingkan rata-rata asupan energi per hari. Penurunan asupan energi sebesar 500-1.000 kalori per hari akan menurunkan berat badan 0,5-1 kg per minggu.


Diet rendah kalori sebaiknya dengan jenis-jenis makanan berderajat kekenyangan tinggi sehingga dapat membantu penderita tetap taat. Pemilihan jenis makanan sebaiknya disesuaikan dengan jenis makanan penderita sebelumnya, hanya jumlah kalorinya dibatasi. Cara paling mudah adalah dengan mengurangi frekuensi makan di luar waktu makan utama atau mengurangi camilan, terutama yang padat kalori. Memilih jenis makanan rendah lemak dan mengganti dengan makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran. Namun, asupan vitamin dan mineral harus dijaga agar mencukupi kebutuhan harian.


Latihan fisik pada penderita obesitas harus dilakukan bersamaan dengan diet rendah kalori untuk meningkatkan pembakaran lemak. Latihan fisik sangat membantu mempertahankan berat badan agar tidak mudah naik kembali. Yang dianjurkan adalah olahraga dengan intensitas sedang selama minimal 30 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Sebaiknya juga memperbanyak aktivitas fisik seperti jalan, membersihkan rumah, serta mengurangi pola hidup sedentary seperti menonton televisi dan bermain video games.


Penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter yang mengerti benar penanganan obesitas karena tidak semua penderita obesitas memberi reaksi positif terhadap obat.

Fiastuti Witjaksono Dokter Gizi Medik, pengurus Indonesian Society for the Study of Obesity (ISSO)/Himpunan Obesitas Indonesia (HISOBI)

Tidak ada komentar: